Hukum Dzihar Menyerupakan Istri Dengan Ibu

TANYA JAWAB FIQIH DAN AQIDAH
Published from Blogger Prime Android App

Hukum  Dzihar Menyerupakan Istri Dan Ibu


๐Ÿง•๐Ÿผ Penanya: Bunga

Deskripsi:

Suatu ketika saya pernah lewat di satu kampung dan tepat pada saat itu saya mendengar ceramah dari satu masjid yang di dalam ceramah tersebut Ustadz atau Kyainya mengatakan, "Kalau ada seorang suami yang menyatakan kepada istrinya, kamu mirip banget degan mamaku atau kamu seperti mamaku, maka otomatis istrinya saat itu akan tertalak".

Pertanyaan:

1. Apakah benar apa yang di katakan dalam ceramah tersebut?

2. Jika benar apa tidak ada keringanan padahal suami mengatakan begitu dalam keadaan tidak tahu?

Atas jawabannya saya ucapkan syukran jazakumullahu khairan

 Jawaban :

Di Tafshil:

-Jika suami mengatakan seperti itu lalu diniatkan untuk dzhihar maka terkena konsekuensi hukum dzhihar, serta jika disertai niat mentalak maka jatuh pula talaknya.

- Jika suami hanya sekedar memuji atau menyerukan istri dengan ibunya dari segi sifat yakni bukan fisik, maka tidak berkonsekuensi hukum dzhihar.


Kalimat yang dicontohkan oleh ustad/kiyai didalam deskripsi pertanyaan itu termasuk kalimat dzhihar secara kinayah yang tidak berkonsekuensi hukum apa-apa jika tidak diniatkan untuk dzhihar. Beda dengan kalimat dzhihar yang shorih maka akan berkonsekuensi hukum dzhihar meskipun tidak diniatkan. Adapun contoh kalimat dzhihar yang shorih adalah ketika suami sudah menyebutkan fisik istrinya dan ibunya lalu diserupakan, semisal ketika suami mengatakan : Punggung kamu seperti punggung ibuku.

Dan contoh kalimat dzhihar secara kinayah yang lain adalah ketika suami menyamakan istrinya dengan ibunya/mahramnya dari segi sifat (bukan fisik), kalau menyamakan sifat itu tidak terhukumi dzhihar.


 Referensi :


 Ibarot kinayah dzhihar :

ูˆุงู„ูƒู†ุงูŠุฉ ุนู†ุฏ ุฌู…ู‡ูˆุฑ ุงู„ูู‚ู‡ุงุก ู…ุง ูŠุญุชู…ู„ ุงู„ุธู‡ุงุฑ ูˆุบูŠุฑู‡ ูˆู„ู… ูŠุบู„ุจ ุงุณุชุนู…ุงู„ู‡ ููŠ ุงู„ุธู‡ุงุฑ ุนุฑูุง ูˆู…ุซุงู„ู‡ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ุฑุฌู„ ู„ุฒูˆุฌุชู‡: ุฃู†ุช ุนู„ูŠ ูƒุฃู…ูŠ ุฃูˆ ู…ุซู„ ุฃู…ูŠ ูุฅู†ู‡ ูƒู†ุงูŠุฉ ููŠ ุงู„ุธู‡ุงุฑ ู„ุฃู†ู‡ ูŠุญุชู…ู„ ุฃู†ู‡ุง ู…ุซู„ ุฃู…ู‡ ููŠ ุงู„ูƒุฑุงู…ุฉ ูˆุงู„ู…ู†ุฒู„ุฉ ูˆูŠุญุชู…ู„ ุฃู†ู‡ุง ู…ุซู„ู‡ุง ููŠ ุงู„ุชุญุฑูŠู… ูุฅู† ู‚ุตุฏ ุฃู†ู‡ุง ู…ุซู„ู‡ุง ููŠ ุงู„ูƒุฑุงู…ุฉ ูˆุงู„ู…ู†ุฒู„ุฉ ูู„ุง ูŠูƒูˆู† ุธู‡ุงุฑุง ูˆู„ุง ุดูŠุก ุนู„ูŠู‡ ูˆุฅู† ู†ูˆู‰ ุจู‡ ุงู„ุทู„ุงู‚ ูƒุงู† ุทู„ุงู‚ุง ูˆุฅู† ู†ูˆู‰ ุจู‡ ุงู„ุธู‡ุงุฑ ูƒุงู† ุธู‡ุงุฑุง ู„ุฃู† ุงู„ู„ูุธ ูŠุญุชู…ู„ ูƒู„ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ูˆุฑ ูุฃูŠ ูˆุงุญุฏ ู…ู†ู‡ุง ุฃุฑุงุฏู‡ ูƒุงู† ุตุญูŠุญุง ูˆุญู…ู„ ุงู„ู„ูุธ ุนู„ูŠู‡ ูˆุฅู† ู‚ุงู„: ู„ู… ุฃู‚ุตุฏ ุดูŠุฆุง ู„ุง ูŠูƒูˆู† ุธู‡ุงุฑุง ู„ุฃู† ู‡ุฐุง ุงู„ู„ูุธ ูŠุณุชุนู…ู„ ููŠ ุงู„ุชุญุฑูŠู… ูˆุบูŠุฑู‡ ูู„ุง ูŠู†ุตุฑู ุฅู„ู‰ ุงู„ุชุญุฑูŠู… ุฅู„ุง ุจู†ูŠุฉ

“Kinayah (dzhihar) menurut mayoritas ahli fiqih adalah sesuatu yang mengandung unsur dzhihar dan lainnya, namun tidak (umum) digunakan sebagai dzhihar menurut kebiasaannya. Contohnya ketika suami berkata kepada istrinya : Kamu seperti ibuku, maka ucapan ini termasuk kinayah dzhihar. Karena ada kemungkinan suami menyerupakan istrinya dengan ibunya itu dari segi kemuliaan dan kedudukannya, atau mungkin juga diserupakan dari segi kemahramannya. Oleh karena itu jika suami bermaksud menyamakan dari segi kemuliaan dan kedudukannya, maka tidak dianggap dzhihar dan tidak ada dampak hukumnya. Kemudian jika suami berniat talak, maka menjadi talak. Dan jika suami berniat dzhihar, maka menjadi dzhihar. Karena kalimat tersebut maknanya berimplikasi pada semua hal tersebut. Maka makna apapun yang diinginkan suami maka itu menjadi sah. Dan jika suami berkata : Aku tidak bermaksud apapun, maka tidak menjadi dzhihar. Karena kalimat ini biasa dipakai untuk dzhihar dan lainnya, maka tidak dianggap dzhihar kecuali jika disertai niat ke arah tersebut” (Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah : 29/196)

 Ibarot dzhihar shorih :

(ูุตู„): ููŠ ุจูŠุงู† ุฃุญูƒุงู… ุงู„ุธู‡ุงุฑ ูˆู‡ูˆ ู„ุบุฉ ู…ุฃุฎูˆุฐ ู…ู† ุงู„ุธู‡ุฑ ูˆุดุฑุนุง ุชุดุจูŠู‡ ุงู„ุฒูˆุฌ ุฒูˆุฌุชู‡ ุบูŠุฑ ุงู„ุจุงุฆู† ุจุฃู†ุซู‰ ู„ู… ุชูƒู† ุญู„ุงู„ู‡، (ูˆุงู„ุธู‡ุงุฑ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ุฑุฌู„ ู„ุฒูˆุฌุชู‡ ุฃู†ุช ุนู„ูŠ ูƒุธู‡ุฑ ุฃู…ูŠ) ูˆุฎุต ุงู„ุธู‡ุฑ ุฏูˆู† ุงู„ุจุทู† ู…ุซู„ุง، ู„ุฃู† ุงู„ุธู‡ุฑ ู…ูˆุถุน ุงู„ุฑูƒูˆุจ ูˆุงู„ุฒูˆุฌุฉ ู…ุฑูƒูˆุจ ุงู„ุฒูˆุฌ (ูุฅุฐุง ู‚ุงู„ ู„ู‡ุง ุฐู„ูƒ) ุฃูŠ ุฃู†ุช ุนู„ูŠ ูƒุธู‡ุฑ ุฃู…ูŠ (ูˆู„ู… ูŠุชุจุนู‡ ุจุงู„ุทู„ุงู‚ ุตุงุฑ ุนุงุฆุฏุง) ู…ู† ุฒูˆุฌุชู‡ (ูˆู„ุฒู…ุชู‡) ุญูŠู†ุฆุฐ (ุงู„ูƒูุงุฑุฉ)

“(Pasal) yang menjelaskan hukum-hukum dzhihar. Dzhihar secara bahasa berasal dari kata Adz-Dzhahru (yang berarti punggung), adapun secara istilah syariat adalah perkataan suami yang menyerupakan istrinya yang tidak tertalak ba'in dengan perempuan yang tidak halal dinikahi oleh suaminya tersebut.

Kalimat dzhihar (yang shorih) adalah ketika suami berkata kepada istrinya : Engkau bagiku seperti punggung ibuku. Dan ungkapan dzhihar itu hanya terkhusus pada kalimat Adz-Dzhahru (punggung), bukan semisal perut. Karena sesungguhnya punggung adalah tempat menunggang, dan istri merupakan tunggangan suaminya.

Oleh karena itu jika si suami mengatakan hal itu kepada istrinya, maksudnya mengatakan : Engkau bagiku seperti punggung ibuku namun dia tidak melanjutkannya dengan (niat) talak, maka dia dianggap kembali kepada istrinya (tidak jatuh talak). Namun wajib bagi suaminya untuk membayar kafarat.” (Fathul Qorib : 384)



ูˆู‡ูˆ ู„ุบุฉ ู…ุงุฎูˆุฐ ู…ู† ุงู„ุธู‡ุฑ ูˆุดุฑุนุง ุชุณุจูŠู‡ ุงู„ุฒูˆุฌ ุบูŠุฑ ุงู„ุจุงุฆู† ุจุงู†ุซู‰ ู„ู… ุชูƒู† ุญู„ุงู„ู‡. ูˆ ุงู„ุธู‡ุฑ ุงู† ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ุฑุฌู„ ู„ุฒูˆุฌุชู‡ ุงู†ุช ุนู„ู‰ ูƒุธู‡ุฑ ุงู…ูŠ،ูˆ ุฎุต ุงู„ุธู‡ุฑ ุฏูˆู† ุงู„ุจุทู† ู…ุซู„ุง ู„ุงู† ุธู‡ุฑ ู…ูˆุถูˆุน ุงู„ุฑูƒูˆุจ ูˆุงู„ุฒูˆุฌุฉ ู…ุฑูƒูˆุจ ุงู„ุฒูˆุฌ

 ุญุงุดูŠุฉ ุงู„ุจุงุฌูˆุฑู‰ ุฌ ูข ุต ูขูฃู -ูขูฃ* ูก

ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ุดุงูุนูŠุฉ ูก ) ุฃู† ุงู„ุตุฑูŠุญ: ู…ุง ุชุถู…ู† ุฐูƒุฑ ุงู„ุธู‡ุฑ ุฃูˆ ุนุถูˆ ู„ุง ูŠุฐูƒุฑ ููŠ ู…ุนุฑุถ ุงู„ุชูƒุฑู… ، ูƒุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ุฑุฌู„ ู„ุฒูˆุฌุชู‡: ( ุฃู†ุช ุนู„ูŠ ุฃูˆ ู…ู†ูŠ ุฃูˆ ู…ุนูŠ ุฃูˆ ุนู†ุฏูŠ ูƒุธู‡ุฑ ุฃู…ูŠ) ูˆูƒุฐุง ุฅู† ู‚ุงู„: ( ุฃู†ุช ูƒุธู‡ุฑ ุฃู…ูŠ) ุจุญุฐู ุงู„ุตู„ุฉ ุฃูŠ (ุนู„ูŠ) ูˆู†ุญูˆู‡، ูŠูƒูˆู† ุตุฑูŠุญุง ุนู„ู‰ ุงู„ุตุญูŠุญ ، ูˆู…ู† ุงู„ุตุฑูŠุญ ู‚ูˆู„ู‡: ( ุฌุณู…ูƒ ุฃูˆ ุจุฏู†ูƒ ุฃูˆ ู†ูุณูƒ ูƒุจุฏู† ุฃู…ูŠ ุฃูˆ ุฌุณู…ู‡ุง ุฃูˆ ุฌู…ู„ุชู‡ุง) ู„ุชุตู…ู†ู‡ ุงู„ุธู‡ุฑ. ูˆู…ู†ู‡: ( ุฃู†ุช ุนู„ูŠ ูƒูŠุฏ ุฃู…ูŠ ุฃูˆ ุจุทู†ู‡ุง ุฃูˆ ุตุฏุฑู‡ุง ، ูˆู†ุญูˆู‡ุง) ู…ู† ุงู„ุฃุนุถุงุก ุงู„ุชูŠ ู„ุง ุชุฐูƒุฑ ููŠ ู…ุนุฑุถ ุงู„ูƒุฑุงู…ุฉ ูˆุงู„ุฅุนุฒุงุฒ ู…ู…ุง ุณูˆู‰ ุงู„ุธู‡ุฑ ؛ ู„ุฃู†ู‡ ุนุถูˆ ูŠุญุฑู… ุงู„ุชู„ุฐุฐ ุจู‡ ، ููƒุงู† ูƒุงู„ุธู‡ุฑ ูˆู…ู† ุงู„ุตุฑูŠุญ: ุฐูƒุฑ ุฌุฒุก ุดุงุฆุน ู…ุซู„ ู†ุตููƒ ุฃูˆ ุฑุจุนูƒ ، ูˆู…ู†ู‡ ุฐูƒุฑ ุฃุญุฏ ุงู„ุฃุนุถุงุก ู…ุซู„: ุฑุฃุณูƒ ุฃูˆ ุธู‡ุฑูƒ ุฃูˆ ูŠุฏูƒ ุฃูˆ ุฑุฌู„ูƒ ، ุฃูˆ ุจุฏู†ูƒ ุฃูˆ ุฌู„ุฏูƒ ุฃูˆ ุดุนุฑูƒ ุฃูˆ ู†ุญูˆ ุฐู„ูƒ.

 ุงู„ูู‚ู‡ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠ ูˆุฃุฏู„ุชู‡ ، ูฉ/ ูฅูฆูค 

Demikianlah, wallahu a'lam.

 Mujawwib :

@ Ummi Nisa Alfii
Ustadz @⁨Ustad Ilyas⁩ 
Ustadz @⁨Ust Fahrud Cell⁩



Mujawwib Dan Mushohheh:

✅Ustadz  Hosiyanto S.Pd.I
✅ Ustadz Ahmad Suhaemi
✅ustadz Aby Abd Hady.
✅Ustadzah Ai Maslaili Siti Aisyah
✅Ustadz Robit Subhan
✅Ustadz Abdul Muchtar Hakim S.H
✅ Ustadz SHOLEHUDDIN@47
✅ Ummi Hajjah Dinda Dzulaeha S.H
✅ Ustadz Muhibbin Fillah
✅ TGK  Ari Azhari
✅ Ustadz Muhammad Shohib Mirbath
✅ Ustadz Fahrud Cell
✅ Ukhty Resti(Bintang Kehidupan
    Dan Tim Admin Yang Lainnya.

Penulis dan Perumus Redaksi:

✅ Ustadz Muhibbin Fillah
✅ Ummi Dinda zulaeha S.H

Penasehat:

✅Habib Abdulloh As-Segaf

Keamanan Grup:

✅TQK Fauzi Maulana



Published from Blogger Prime Android App

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM MENIKAH KARENA KETIADAAN WALI

Niat Wudhu Istibahah Bagi Yang Tidak Daimul Hadast

 Hukum Dzihar Menyerupai Istri Dan Keponakan