HUKUM MENUKAR BARANG NON RIBAWI

TANYA JAWAB FIWIH DAN AQIDAH
Published from Blogger Prime Android App
HUKUM MENUKAR BARANG NON RIBAWI

Penanya: HUSNI

Deskripsi

Assalamualaikum wr wb.

Mau tanya masalah yang berkaitan dengan riba,

❇️ Pertanyaan
 
1.dalam terjadinya riba disitukan ada tambahan lebih yng tidak diketahui dalam mi'yar syar'i, nah sekarngkan dengan berkembngnya jaman harga barang itu kadang naik kadang turun , klo terjadi pun ya pasti salah satu nya rugi , misal kan harga sarung BHS tahun kemaren hrga nya 1 jt mungkin tahun ini berkurang menjdi 500 rb , nah ketika sarung tersebut dituker sama sarung sejenis nya yang harga tahun sekrang 1 jt apakh itu masih dikategorikan sebagai riba ....kan ada juga ya gus yang seperti itu tuker menukar barang ribawi yng beda harga karena melihat perkembangan jaman , gampangan nya misal harga sapi dulu dengan sepi sekrang kan beda , itu kalau dituker apakah tetep jatuh riba/engga gus?

2.solusi buat orang yang pernah bermuamalah riba yang pada awal nya dia tidak tau bhwa hal itu tuh riba , setelah dia ngaji akhir nya tau bahwa hal itu tuh riba , dan sebelum nya dia pakai barang tersebut buat usaha ,,,itu gimana gus dalam masalah seperti ini apakah harus dikembalikan barang nya atau gimana?
 

 ➡️Jawaban:

Wa'alaikumusalam warohmatullohi wabarakatuh 

1.) Tidak Jatuh Riba,

Karena Sarung bukan termasuk amwal ribawi. Karena didalam hadits yang termasuk amwal ribawi itu sudah jelas diantaranya emas, perak, gandum, kurma, sya'ir dan garam. Nah makanan pokok yang disebutkan dalam hadits itu kemudian diqiyaskan menjadi makanan pokok yang ada didaerah masing-masing, maka jika di Indonesia itu nantinya adalah beras. Oleh karena itu, beras bagus 1KG tidak boleh ditukar dengan beras kurang bagus 1,5KG karena barangnya sejenis. Jika seperti itu maka masuk riba.

إنما يحرم في نقد وماقصد لطعم تقوتا أوتفكها أوتداويا  

"Sesungguhnya (yang termasuk) riba yang diharamkan adalah nuqud (emas perak), bahan makanan yang bermanfaat sebagai sumber kekuatan, atau lauk pauk atau obat-obatan" 

(Minhajut Thullab : 1/161)


البيع في اللغة إعطاء شيء في مقابلة شيء وفي الشرع مقابلة مال بمال قابلين للتصرف بإيجاب وقبول على الوجه المأذون فيه 


“Jual beli menurut bahasa adalah bermakna memberikan suatu barang untuk ditukar dengan barang yang lain. Sedangkan menurut syariat adalah bermakna pertukaran harta dengan harta yang lain untuk keperluan tashorruf yang disertai dengan ijab dan qobul berdasarkan aturan yang telah diizinkan (semisal adanya penjual dan pembeli, serta adanya ma'qud alaih/barang yang diperjualbelikan)” 
(Kifayatul Akhyar : 1/239)

2.) Wajib bertaubat

Mujawwib:
@⁨Ummi Nisa.Alfii⁩ 
@⁨Ahmad Suhaemi⁩


Mujawwib Dan Mushohheh:

✅Ustadz  Hosiyanto S.Pd.I
✅ Ustadz Ahmad Suhaemi
✅ustadz Aby Abd Hady.
✅Ustadzah Ai Maslaili Siti Aisyah
✅Ustadz Robit Subhan
✅Ustadz Abdul Muchtar Hakim S.H
✅ Ustadz SHOLEHUDDIN@47
✅ Ummi Hajjah Dinda Dzulaeha S.H
✅ Ustadz Muhibbin Fillah
✅ TGK  Ari Azhari
✅ Ustadz Muhammad Shohib Mirbath
✅ Ustadz Fahrud Cell
✅ Ukhty Resti(Bintang Kehidupan
    Dan Tim Admin Yang Lainnya.

Penulis dan Perumus Redaksi:

✅ Ustadz Muhibbin Fillah
✅ Ummi Dinda zulaeha S.H

Penasehat:

✅Habib Abdulloh As-Segaf

Keamanan Grup:

✅TQK Fauzi Maulana

Published from Blogger Prime Android App

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Wudhu Istibahah Bagi Yang Tidak Daimul Hadast

 Hukum Dzihar Menyerupai Istri Dan Keponakan

Hukum Masjid Di jadikan Mas kawin Atau Mahar