๐๐„๐Œ๐๐€๐‡๐€๐’๐€๐ ๐”๐’๐‡๐”๐‹ ๐…๐ˆ๐๐ˆ๐‡ Kitab Al-Waraqat Fi Ushulil Fiqih karya imam Al-Haromain rahimahullah

 ๐๐„๐Œ๐๐€๐‡๐€๐’๐€๐ ๐”๐’๐‡๐”๐‹ ๐…๐ˆ๐๐ˆ๐‡

...
Ahmad Fahmi Mubarok

 Kitab Al-Waraqat Fi Ushulil Fiqih karya imam Al-Haromain rahimahullah

↪️ Lanjutan

PASAL TERKAIT MACAM-MACAM KHOBAR (BERITA)


ูˆุฃู…ุง ุงู„ุฃุฎุจุงุฑ ูุงู„ุฎุจุฑ ู…ุง ูŠุฏุฎู„ู‡ ุงู„ุตุฏู‚ ูˆุงู„ูƒุฐุจ، ูˆู‚ุฏ ูŠู‚ุทุน ุจุตุฏู‚ู‡ ุฃูˆ ูƒุฐุจู‡ . ูˆุงู„ุฎุจุฑ ูŠู†ู‚ุณู… ู‚ุณู…ูŠู†: ุฅู„ู‰ ุขุญุงุฏ ูˆู…ุชูˆุงุชุฑ . ูุงู„ู…ุชูˆุงุชุฑ ู…ุง ูŠูˆุฌุจ ุงู„ุนู„ู…، ูˆู‡ูˆ ุฃู† ูŠุฑูˆูŠ ุฌู…ุงุนุฉ ู„ุง ูŠู‚ุน ุงู„ุชูˆุงุทุค ุนู„ู‰ ุงู„ูƒุฐุจ ุนู† ู…ุซู„ู‡ู… ุฅู„ู‰ ุฃู† ูŠู†ุชู‡ูŠ ุฅู„ู‰ ุงู„ู…ุฎุจุฑ ุนู†ู‡ ููŠูƒูˆู† ููŠ ุงู„ุฃุตู„ ุนู† ู…ุดุงู‡ุฏุฉ ุฃูˆ ุณู…ุงุน ูˆุงู„ุขุญุงุฏ ู‡ูˆ ุงู„ุฐูŠ ูŠูˆุฌุจ ุงู„ุนู…ู„ ูˆู„ุง ูŠูˆุฌุจ ุงู„ุนู„ู…، ูˆูŠู†ู‚ุณู… ู‚ุณู…ูŠู†: ุฅู„ู‰ ู…ุฑุณู„ ูˆู…ุณู†ุฏ، ูุงู„ู…ุณู†ุฏ ู…ุง ุงุชุตู„ ุฅุณู†ุงุฏู‡، ูˆุงู„ู…ุฑุณู„ ู…ุง ู„ู… ูŠุชุตู„ ุฅุณู†ุงุฏู‡، ูุฅู† ูƒุงู† ู…ู† ู…ุฑุงุณูŠู„ ุบูŠุฑ ุงู„ุตุญุงุจุฉ ูู„ูŠุณ ุจุญุฌุฉ ุฅู„ุง ู…ุฑุงุณูŠู„ ุณุนูŠุฏ ุจู† ุงู„ู…ุณูŠุจ، ูุฅู†ู‡ุง ูุชุดุช ููˆุฌุฏุช ู…ุณุงู†ูŠุฏ . ูˆุงู„ุนู†ุนู†ุฉ ุชุฏุฎู„ ุนู„ู‰ ุงู„ุฅุณู†ุงุฏ، ูˆุฅุฐุง ู‚ุฑุฃ ุงู„ุดูŠุฎ ูŠุฌูˆุฒ ู„ู„ุฑุงูˆูŠ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„: ุญุฏุซู†ูŠ ูˆุฃุฎุจุฑู†ูŠ، ูˆุฅู† ู‚ุฑุฃ ู‡ูˆ ุนู„ู‰ ุงู„ุดูŠุฎ ููŠู‚ูˆู„: ุฃุฎุจุฑู†ูŠ، ูˆู„ุง ูŠู‚ูˆู„: ุญุฏุซู†ูŠ . ูˆุฅู† ุฃุฌุงุฒู‡ ุงู„ุดูŠุฎ ู…ู† ุบูŠุฑ ุฑูˆุงูŠุฉ ููŠู‚ูˆู„ ุฃุฌุงุฒู†ูŠ ุฃูˆ ุฃุฎุจุฑู†ูŠ ุฅุฌุงุฒุฉ


“Adapun khobar, adalah berita (atau informasi) yang bisa bernilai kebenaran dan bisa pula bernilai kebohongan. Dan khobar itu terbagi menjadi dua yakni khobar ahad dan khobar mutawatir. Khobar mutawatir adalah kabar berita yang bisa menimbulkan (keyakinan kuat terkait kebenaranya). Mutawatir itu merupakan kabar berita yang diriwayatkan oleh suatu kelompok, (yang mana kelompok tersebut) tidak akan mungkin bersepakat pada kebohongan dari sesama kelompok mereka sampai pada sumber kabar berita tersebut. Khobar mutawatir sumbernya adalah dari menyaksikan atau mendengarkan, bukan dari ijtihad”

“Adapun khobar ahad adalah kabar berita yang mengharuskan untuk dikerjakan dan tidak sampai menimbulkan (keyakinan kuat terkait kebenarannya). Dan khobar ahad itu terbagi menjadi dua, yakni khobar mursal dan khobar musnad. Khobar musnad adalah khobar yang sanadnya tersambung, sedangkan khobar mursal adalah khobar yang sanadnya tidak tersambung (alias terputus)”

“Selanjutnya apabila orang-orang yang menyampaikan khobar-khobar mursal itu bukan dari kelompok sahabat, maka tidak bisa dijadikan hujjah (atau dalil) kecuali khobar-khobar mursalnya Sa'ad bin Musayyab, karena khobar-khobar mursal Sa'ad bin Musayyab itu sudah diteliti dan telah ditemukan sanadnya, yakni para sahabat. Kemudian khobar an'anah (semisal 'an fulan 'an fulan atau dari fulan dari fulan), maka ia termasuk dari khobar musnad. Apabila seorang syeikh membaca, maka boleh bagi seorang periwayat (yang mendengar) hadits untuk mengatakan haddatsani (telah menceritakan kepadaku) atau akhbaroni (telah mengabarkan kepadaku). Dan apabila seorang perawi (yakni orang yang sedang meminta riwayat hadits) membacakan kepada sang syeikh, maka si perawi tersebut mengucapkan akhbaroni, dan tidak boleh mengucapkan haddatsani. Lalu apabila seorang syeikh memberinya ijazah tanpa membacakan riwayatnya, maka si periwayat mengucapkan ajazani atau akhbaroni ijazatan”

(Al-Waraqat Fi Ushulil Fiqih : 8)

๐Ÿ”„ Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM MENIKAH KARENA KETIADAAN WALI

Niat Wudhu Istibahah Bagi Yang Tidak Daimul Hadast

 Hukum Dzihar Menyerupai Istri Dan Keponakan