Hukum Fidyah Tampa Qodho
TANYA JAWAB FIQIH DAN AQIDAH

Hukum Fidyah Tampa Qodho
🧕 Penanya : Jamilah asal jatim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarkatuh.
📖 Deskripsi Masalah
Dek ila pada saat bulan ramadhan ia sedang sakit dan dia mencoba puasa tapi tetap tidak mampu untuk berpuasa, maka dia tidak berpuasa. Dan dia pun tidak kunjung sembuh sampai-sampai dia dinyatakan oleh dokter tidak bisa diharapkan sembuh
Namun ternyata, beberapa bulan kemudian dia sembuh. Pernyataan berikutnya, apakah wajib bagi dia untuk mengqodho puasanya (mengingat dia sudah membayar fidyah sebelumnya)?
⏸️Pertanyaan:
1. Apakah dek ila harus membayar fidyah dan apa harus mengqodho puasanya ?
2. Apakah inheler termasuk ain yang bisa membatalkan puasa ketika dihirup ?
➡️ Jawaban :
1. Orang yang sudah divonis sakit parah oleh dokter dan tidak ada kemungkinan untuk sembuh, maka diperbolehkan baginya untuk tidak berpuasa. Dan sebagai kafarohnya, maka cukup membayar fidyah saja berdasarkan pendapat yang shohih. Dan seumpama dia sembuh dikemudian hari, maka tidak wajib baginya untuk mengqodho puasanya karena sebelumnya sudah membayar fidyah.
2. Khilaf dikalangan ulama terkait masalah inhaler yang dianalogikan dengan kemenyan, uap atau sejenisnya itu terletak pada :
Apakah inhaler ini terdapat ainnya atau tidak, kalau ada ainnya maka akan berdampak pada batalnya puasa jika dihirup. Sedang jika tidak ada ainnya maka tidak akan berdampak pada batalnya puasa.
Jadi para ulama berbeda dalam masalah penentuan ada atau tidaknya ain pada inhaler ini. Sebagian ulama menyatakan inhaler ini ada ainnya, dan sebagian ulama yang lain menyatakan kalau inhaler ini tidak ada ainnya. Tapi sebagai jalan ikhtiyat atau kehati-hatian, jika seseorang ingin menggunakan inhaler untuk pengobatan, maka gunakanlah inhaler yang dihirup melalui hidung. Atas dasar itu, dengan berpijak pada pendapat yang menyatakan inhaler tidak ada ainnya, maka seseorang yang menggunakan inhaler pada saat puasa itu tidak akan menyebabkan batal puasanya meskipun menurut sebagian ulama yang lain inhaler jenis ini pun tetap ada ainnya/wujudnya. Jadi boleh dipilih diantara dua pendapat tersebut antara yang menyatakan inhaler ada ainnya, dan pendapat yang menyatakan inhaler tidak ada ainnya.
Referensi:
وإنـما يجِبُ صَوْمُ رَمَضانَ (على) كل مُكلِّفٍ أي بالغ عاقِل (مُطيقٍ له) أي للصوم حِسّاً وشَرعاً، فلا يجبُ على صَبيّ ومجنونٍ ولا على من لا يُطيقُه لِكَبِرٍ أو مَرَضٍ لا يُرْجى بَرْؤه، ويَلزمهُ مِدّ لكل يوم
“Puasa ramadhan itu wajib bagi setiap mukallaf yang sudah baligh dan berakal, kemudian wajib bagi orang yang mampu melaksanakan puasa secara fisiknya maupun secara syariatnya. Maka dari itu puasa menjadi tidak wajib bagi anak-anak dan orang gila, serta tidak wajib bagi orang yang tidak mampu berpuasa disebabkan faktor usia dan disebabkan faktor penyakit yang tidak dimungkinkan untuk sembuh (berdasarkan analisis dokter). Dan yang wajib baginya adalah membayar (fidyah) untuk setiap hari puasa yang ditinggalkannya yaitu sebanyak satu mud (makanan pokok yang diberikan kepada orang fakir atau miskin)” (I'anatut Tholibin : 2/248)
(مسالة) المريض الذي لا يرجى برؤه بقول طبيبين يفطر ويكفر عن كل يوم مد نبوي، فإن حصل الشفاء بعد ذلك كفاه الإطعام ولم يجب عليه القضاء، كما نقله ابن مطير في الإتحاف شرح المنهاج تبعاً لابن حجر وهو او القياس، لأنه لم يكلف بالصوم حال الفدية، لأن واجبه إنما هو الإطعام
“(Masalah), orang sakit yang (parah) tidak ada kemungkinan untuk sembuh (berdasarkan analisis dokter), maka diperbolehkan baginya untuk tidak berpuasa dan membayar fidyah saja untuk setiap satu hari puasa yang ditinggalkannya, yakni satu mud (makanan pokok yang diberikan kepada orang fakir atau miskin). Tapi jika ternyata setelah itu dia sembuh, maka yang tetap wajib bagi dia adalah membayar fidyah dan tidak wajib mengqodho puasanya seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Muthir didalam kitab Ithaf Syarah Al-Minhaj dengan mengikuti pendapatnya Ibnu hajar. Karena pada saat itu dia tidak diwajibkan untuk berpuasa (disebabkan sakit parah yang tidak ada harapan sembuh), maka dari itu dia hanya terbebani kewajiban untuk membayar fidyah saja :
ومن لا يقدر على الصوم بحال وهو الشيخ الكبير الذي يجهده الصوم ، والمريض الذي لا يرجى برؤه ، فإنه لا يجب عليهما الصوم لقوله عز وجل {وما جعل عليكم في الدين من حرج} وفي الفدية قولان: (أحدهما) لا تجب لأنه سقط عنهما فرض الصوم فلم تجب عليهما الفدية كالصبي والمجنون (والثاني) يجب عليه كل يوم مد من طعام وهو الصحيح
“Barang siapa yang tidak mampu berpuasa disebabkan oleh beberapa keadaan semisal orang tua renta dan orang sakit yang tidak dimungkinkan untuk sembuh, maka sesungguhnya tidak ada kewajiban bagi keduanya untuk berpuasa berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla: Dan dia tidak menjadikan kesulitan bagimu didalam agama. Adapun terkait masalah fidyahnya, maka terdapat dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwasanya orang yang sudah tua renta dan orang sakit yang tidak dimungkinkan untuk sembuh itu tidak wajib membayar fidyah saat mereka tidak berpuasa, karena kewajiban berpuasa sudah ditiadakan bagi mereka sehingga mereka tidak wajib membayar fidyah sebagaimana anak kecil dan orang gila (yang tidak wajib membayar fidyah). Sedangkan pendapat kedua menyatakan wajib bagi mereka untuk membayar fidyah setiap harinya sebanyak satu mud, dan ini merupakan pendapat yang shohih” (Majmu' Syarah Muhadzdzab : 6/261)
لاَيَضُرُّ وُصُولُ الرِّيحُ بِالشَّمِّ وَكَذَا مِنَ الْفَمِ كَرَائِحَةِ الْبُخُورِ أَوْ غَيْرِهِ إِلَى الْجَوْفِ وَإِنْ تَعَمَّدَهُ ِلأَنَّهُ لَيْسَ عَيْنًأ
“Tidak akan merusak (membatalkan) puasa saat ada aroma yang dihirup oleh hidung, sebagaimana aroma asap kemenyan atau lainnya. Yang mana hal itu terasa sampai ke tenggorokan meskipun disengaja, karena (yang dihirup itu) bukan termasuk ain (sesuatu yang akan membatalkan puasa)” (Bughyatul Mustarsyidin : 111)
وخرج بالعين الأثر كوصول الطعم بالذوق إلى حلقه ومثل وصول الطعم وصول الرائحة إلى جوفه، فإنه لا يفطر به، لأنها أثر لا عين
“Dan dikecualikan dengan kalimat ain adalah masuknya aroma makanan ke rongga tubuh, dan yang semisal dengan itu adalah masuknya aroma makanan pada rongga tubuh bagian dalam (jauf), maka tidak batal puasanya. Sebab aroma tersebut bukan termasuk ain” (I'anatut Tholibin : 4/260)
:
“Penggunaan semisal kemenyan, yaitu dengan dengan memasukkan asapnya ke dalam tenggorokan, maka perbuatan seperti itu akan membatalkan puasa. Sedangkan mencium aroma kemenyan atau sejenisnya tanpa memasukkan asapnya ke dalam tenggorokan (secara sengaja), maka tidak akan membatalkan puasa meskipun aroma tersebut datang kepadanya dengan sendirinya lalu dihirupnya, sebab aroma itu tidak memiliki wujud fisik. Oleh karena itu, barang siapa yang (dengan sengaja) memasukkan asap ke dalam tenggorokan dengan cara apapun, maka hal itu akan membatalkan puasanya. Atas dasar itu, orang yang sengaja membakar kayu kemenyan kemudian membiarkannya untuk meliputi dirinya sendiri dan sengaja mencium asapnya serta dia dalam keadaan sadar sedang berpuasa, maka hal itu akan membatalkan puasanya. Karena dia masih memungkinkan untuk terhindar dari masuknya perkara yang membatalkan tersebut ke dalam rongga tubuhnya dan otaknya” (Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah : 28/35)
فقد قال العلماء: نقط الأنف والبخار الذي يشم من إصبع الربو يبطل بهما الصيام، وإذا كان المريض لا يستغني عنهما في الصيام؛ جاز له الفطر وعليه القضاء بعد الشفاء من المرض، وإن كان المرض مزمنا لا يرجى شفاؤه كان له الفطر، وعليه الإطعام عن كل يوم مسكينا
“Para ulama menyatakan: Obat tetes hidung dan obat (hirup) yang biasa dipakai oleh orang yang menderita sesak nafas, maka akan membatalkan puasa (jika dipakai). Oleh karena itu jika orang yang sakit terpaksa harus menggunakannya disaat berpuasa, maka sebaiknya dia tidak perlu berpuasa dan mengqodho puasanya setelah dia sembuh dari sakitnya. Dan jika seandainya sakitnya itu sampai berpanjangan yang mana tidak ada kemungkinan untuk sembuh, maka dia tidak perlu berpuasa. Akan tetapi hendaknya dia membayar fidyah dengan memberi makan orang miskin dari setiap hari (puasa yang ditinggalkannya)” (Ahsanul Kalam Fil Fatawa Wal Ahkam : 4/630)
📚 Selengkapnya :
(فائدة) : لا يضر وصول الريح بالشم، وكذا من الفم كرائحة البخور أو غيره إلى الجوف وإن تعمده لأنه ليس عينا، وخرج به ما فيه عين كرائحة النتن، يعني التنباك لعن الله من أحدثه لأنه من البدع القبيحة فيفطر به، وقد أفتى به زي بعد أن أفتى أولاً بعدم الفطر قبل أن يراه اهـش .ق. وقال يخ: لو وصل ماء الغسل إلى الصماخين بسبب الانغماس، فإن كان من عادته المتكررة وصول الماء إلى باطن الأذن بذلك أفطر وإلا فلا، ولا فرق بين الغسل الواجب والمندوب لاشتراكهما في الطلب بخلافه من غسل تبرد وتنظيف التولده من غير مأمور به اهـ
(حاشية الشرقاوي : ج ٢ ص ٢٨٩)
(حاشية النبراوي : ج ٢ ص ١٠٨)
قوله : (مدا)، ولو أخرجه ثم قدر بعد الفطر على الصوم فعلى الأصح الآتي من وجوب المد ابتداء لا يلزمه القضاء، وفارق ما لو برئ المعضوب بعد الحج عنه، حيث تبين عدم وقوع الحج عنه بأن الحج ليس له وقت معين.
قوله : (وَقَوْلُ) ، مبتدأ خبره مردود. وقوله : (عَكْسَهُ) ، أي : عكس الاستقرار وعكسه عدم الاستقرار، وقوله : ( بِأَنَّ حَقَّ اللَّهِ تَعَالَى الْمَالِيَّ)، أي: الذي تسبب فيه، كما هنا ، فإنه تسبب بالفطر وإن كان مضطرا إليه، بخلاف زكاة الفطر.
قوله : (أَصَحُهُمَا فِي الْمَجْمُوع الثَّانِي)، وينبني على الخلاف أنه إذا قدر على الصوم لا يلزمه القضاء على الأول دون الثاني، سواء كانت قدرته عليه بعد إخراج الفدية أو قبله، لعدم مخاطبته بالصوم، قال ابن قاسم ونفى اللزوم بشهر بصحته منه، وهو كذلك اتفاقا ، وقد يشكل بأنه ليس واجبه، ولا بدلا عن واجبه الذي هو الإطعام وجوابه أنه واجبه في الأصل. اهـ
Demikianlah, wallahu a'lam.
Mujawwib
✅ Ustadz @Ustad Aby Hadi
✅ Gus @@MUHIBBIN FILLAH🥰
✅ Tengku @Tqk Fatwa
✅ Yai @Ustadz Abdullah
✅ ustadz @Ustad Simsn
✅ Ustadzah @Zulva
✅ Ustadzah @MANNAN PRENEUR (Nuurul Jannah)
Redaksi Perumus
✅ Ummi Nisa Alfii
Terjemaah Bahasa
✅ Ustadz @Masruri Ainul Khayat
Deskripsi Masalah
✅ Ustadz @Ustadz Saipudin
Koordinator Sail
✅ Gus @@MUHIBBIN FILLAH🥰
Mujawwib Dan Mushohheh:
✅Ustadz Hosiyanto S.Pd.I
✅ Ustadz Ahmad Fahmi Mubarok
✅ Syekh Iman Abdullah al rasyid
✅Ustadzah Ai Maslaili Siti Aisyah
✅Ustadz Robit Subhan
✅Ustadz Abdul Muchtar Hakim S.H
✅ Ummi Hajjah Dinda Dzulaeha
✅ Ustadz Muhibbin Fillah
✅Yai Abuya Wail
✅ Yai Ahmad Suhaemi
✅ Ustadzah Zulva
✅ Ustadz Aby Hadi
✅ Ustadz Abu Siman
✅ الأستاذ عبد الله سهل زهدي,الباموتاني
Dan Tim Admin Yang Lainnya.
Perumus Redaksi Dan Koordinator
✅ Ustadz Muhibbin Fillah
✅ Ummi Dinda zulaeha S.H
✅ Ustadz Syaipudin
Peterjemaah
✅ Ustadz Masruri Ainul Khyat
✅ Ustadz Ahmad Robit Subhan
Penasehat :
✅Habib Abdulloh As-Segaf
Deskripsi Masalah
✅ Ustadz Syaipudin
Keamanan Grup:
✅TQK Fauzi Maulana Dan Ustadzah Nurrul Jannah

Komentar
Posting Komentar